kabut (: semua hadir tanpa harga tanpa warna
kelam mati nyala sebelum kau sentuh kastil ketegaranku)
kekhawatiran ini hanya miliknya keresahan ini bukan untukmu kegalauan ini bukan pula bahagian dari duka mereka lantas kenapa kau berceritera lain pada awan pada hujan pada angkasa kenapa kau teramat risau menghawai-ku dalam hembusan hangat nafasnya tuk turut campur dalam persimpuhan ini awal mula kau tak dalam pengakuan terhadapku semua dimulai dari perselingkuhan kekhawatiran kegalauan kehasutan yang mengalir pada sungai-sungai kebimbangan sekujur darah menyesaki liang arterimu yang bocor demam galau semalam
kelam (: pun sedetiknya kau harus akui akupun
kabut tak tawar lagi tuk lebur dalam Nur sembilan puluh
sembilan di sepertiga malam milik kami berdua)
jelmamu bisu
nianmu rapuh
wajahmu cemberut
**
Padang, Agustus 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar