Kamis, 19 Juni 2008

SURAT TERAKHIR


buat Gus


“Aku tak lagi mengerti, Gus”
sudah sangsai uratku dalam
sunyi-lagu-sepi.

di sini. dedaunan musim gugur
ranggas satu per satu
pada kolam kerinduanku.

tak lagi ada berita, berkabar akan
nafas hujan, sahutmu.

Ya, Gus,
(ada duka dalam diri
terselimuti, namun
tak terberitakan
),


2008

Selasa, 17 Juni 2008

AKSIOMA

(Inspirasi QS Al Hajj : 46)


Adakah kita punya nyawa diizinkan Tuhan untuk
mengintip walau hanya sekilas tampak ?

Adakah kita punya mata diizinkan Tuhan untuk
melihat wajah kita seutuhnya tanpa harus
berkelebat di cermin ?

Adakah kita punya telinga diizinkan Tuhan untuk
mendengar sepetik perihal di alam sana ?

Sungguh, matapun tak diizinkan terbuka
tatkala nadi henti berdetak kelak

Sungguh, telinga pun tak diizinkan mendengar
sayup suara dinding saat ruh berpisah kelak

(Tuan, tentu tak diberi berkah satupun tuk
pertimbangan lumrah terhadap perdebatan
yang sering kita simposiumkan ?)

Jangan hanya berjingkat ketika mentari menghampiri
lantas tuan menari-nari,
Jangan hanya murung tatkala kegelapan menutup bintang
lantas tuan tertegun,

sedetiknya, tuan bertanya :
“Adakah Kita punya Tuhan diizinkanNya tuk
mengintip walau hanya sekilas tampak ?”

Sungguh ....
air mata berderai
pantas tuan bawa hingga
balik lagi ke
Rumah.



Bungo (2005)
Revisi 2008

Senin, 16 Juni 2008

CINTA DALAM SAJAK

Cintaku yang di langit biru itu
tidak sama dengan cinta sepasang merpati
mencoba iseng terbang mengepak, sementara
kanannya patah

Cintaku yang di langit biru itu
tidak sama dengan cinta sepasang unggas
sepasang berdua, namun teratai tak
mekar tumbuh bersamanya

Cintaku yang di langit biru itu
tidak sama dengan cinta dua kelopak melati yang
tumbuh semerbak mewangi, lantas
raib sekejap dalam
tetes embun di sepertiga malam

Cintaku yang di langit biru itu
adalah sama dengan cinta Rama kepada Sita
tetap terukir abadi dalam kisah Ramayana.
Apapun adanya.

SECERCAH RINDU DALAM ANGGUR PERCAKAPAN

Hormat untuk
Sapardi Djoko Damono


( i )
biarkan ku bercakap
  pada :

rerumputan
ilalang
bijih padi beterbangan
telaga hujan
pohon jambu
pondokan kecil
pinang
hujan
awan
bocah-bocah bermain layangan

          di sawah

surau menggemakan suaraNya
ikan bersembunyi di kali
gerbong kereta berasap
tikus bermain di sawah
bunga mekar aneka warna,

          kemudian menguncup

( ii )
biarkan ku berdiam
pada :

menara
state building
dasi-dasi tersenyum manis
tanjuk rencana ibukota
bis-bis tiga tingkat

          mendesak penuh padat penumpang
bocah bermain umpet
         di lorong-lorong jalan
pantai yang hanya
        landai se-malam
rona lampu warna-warni
kalkulator bising
suara gema kendaraan & pabrik
tikus tak lagi di sawah
bunga satu warna yang
        tak lagi mekar.

(**)

2005
(Revisi 2008)




Rabu, 11 Juni 2008

“QUALITY IMPROVEMENT dan STATISTICAL QUALITY CONTROL”

Oleh
Andhika Dinata, Yusra Syami

1.1 Quality Improvement

Quality Improvement didefinisikan sebagai upaya mereduksi variabilitas
dalam proses dan produk* [Montgomery, 1991, hal. 3]. Metode-metode statistik
seringkali digunakan dalam upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan.
Kualitas diartikan secara sederhana sebagai kesesuaian kegunaan produk atau jasa
dengan keinginan konsumen (fitness for use). Metode perbaikan kualitas bisa
diterapkan ke dalam berbagai aspek organisasi perusahaan seperti proses produksi
(manufaktur), pengembangan proses, perancangan teknis, akutansi-keuangan dan
layanan jasa.

Secara umum aspek kualitas terbagi atas dua :
1. Quality Design
Quality Design adalah teknik sistemik untuk menghasilkan produk
(barang) dalam level kualitas tertentu dan tingkat (grades) yang berbedabeda
sesuai dengan kepentingan perancang (designer).
2. Quality Conformances
Quality Conformances yaitu seberapa baik produk dibuat sesuai dengan
spesifikasi dan tingkat toleransi yang diinginkan oleh perancang.
Quality Conformances sangat dipengaruhi oleh :
a. Pemilihan proses manufaktur yang digunakan.
b. Pelatihan dan supervisi kerja.
c. Tipe kualitas dan sistem QA (Quality Assurances) yang berhubungan
dengan pengendalian proses, pengujian, aktivitas inspeksi dan
sebagainya.

1.2 Hubungan Quality Improvement dengan Produktivitas

Bahagian dari pencapaian strategi bisnis selalu melibatkan perencanaan
kualitas, pengendalian dan analisis untuk memastikan bahwa kualitas
berkontribusi besar terhadap cashflow, Return on Investment (ROI) dan business
profit secara umum.
Quality Improvement bisa merangsang pertumbuhan ekonomi bisnis dan
membukakan iklim kompetitif pada perusahaan yang menerapkannya. Pada saat
yang bersamaan, dilakukan perbaikan kualitas sebagai upaya untuk meminimasi
ongkos produksi.
Quality Improvement juga berarti upaya untuk mengeliminir waste. Waste
yang dimaksudkan dapat berupa sekrap dan rework dalam proses produksi, tes dan
inspeksi yang tidak terorganisir, kesalahan pencatatan (dokumentasi) dalam hal
checking, purchasing orders dan gambar teknik, serta pemborosan dari segi waktu
penyelesaian proyek dan sebagainya.
Quality Improvement dewasa ini telah muncul dan berkembang sebagai
salah satu aspek pengembangan strategi bisnis yang terarah, sistematis dan
terpadu.

Kemunculan tersebut dipengaruhi oleh beberapa alasan [Montgomery,
1991, hal. 4] diantaranya :
1. Meningkatnya kesadaran konsumen dalam hal pengembangan kualitas dan
keinginan kuat konsumen yang berorientasikan pada kualitas dan
performansi kualitas.
2. Keandalan/ketahanan produk yang ingin dihasilkan.
3. Peningkatan ongkos produksi termasuk ongkos tenaga kerja, energi dan
material.
4. Kompetisi bisnis yang semakin tajam.
5. Perbaikan kualitas ternyata membawa pengaruh ‘dramatis’ terhadap
kinerja (produktivitas).

Beberapa alasan yang mendorong perhatian manajer terhadap ongkos
pengembangan kualitas dalam suatu organisasi industri diberikan sebagai berikut
[Montgomery, 1991, hal. 4] :
a. Kenaikan ongkos pengembangan kualitas relevan dengan peningkatan
(kompleksitas) produk yang disebabkan oleh perkembangan teknologi
informasi.
b. Meningkatnya kesadaran (awareness) terhadap daur hidup biaya (life cycle
tests), termasuk perawatan (maintenance), tenaga kerja, suku cadang serta
ongkos kehilangan (cost of field failures).
c. Diperlukannya keberadaan manajer QC untuk mengkomunikasikan hal
tersebut di atas (yang juga melibatkan ongkos/biaya/uang) kepada general
managers.

1.3 Metode Quality Improvement

Teknik Rancang Percobaan (Design Experiment) sangat membantu
perancang (engineer) dalam membuat dan menemukan variabel berpengaruh yang
turut mempengaruhi karakteristik kualitas selama proses dilakukan. Design
Experiment merupakan salah satu bentuk pengendalian kualitas secara Off-Line
yang sering digunakan sepanjang aktivitas pengembangan dan sebagai tahap awal
dalam merancang aktivitas manufaktur. Hal berbeda ditemukan pada
pengendalian On-Line yang merupakan tahap dalam proses yang lebih cenderung
bersifat prosedural [Montgomery, 1991, hal. 11].

Model hubungan Input-Output dan Proses Produksi :

Gambar 1. Production Process Inputs & Outputs [Montgomery, 1991, hal. 12]

1.4 Fungsi Peta Kontrol (Control Chart)

Peta kontrol adalah tampilan grafis yang sering digunakan dalam
pengendalian proses produksi secara statistik.

Peta kontrol memiliki beberapa fungsi diantaranya [Montgomery, 1991,
hal. 108] :
1. Peta kontrol memuat teknik yang mampu mengendalikan/memperbaiki
produktivitas.
Suatu peta kontrol yang baik akan mampu mereduksi jumlah sekrap dan
rework seminimal mungkin. Jika sekrap dan rework dapat dikurangi maka
sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, penurunan ongkos
produksi dan peningkatan volume dan laju produksi.
2. Peta kontrol sangat efektif digunakan dalam pencegahan defects.
Peta kontrol sangat membantu pengendalian proses dan hal ini relevan
dengan prinsip kualitas “do it right the first time”.
3. Peta kontrol mencegah penerapan proses yang tidak andal (unnecessary
process)
Suatu peta kontrol dapat membedakan variasi produksi yang tidak normal,
ketidaksesuaian dengan spesifikasi dan sebagainya.
4. Peta kontrol menyediakan informasi yang akurat (diagnostic information)
Dalam peta kontrol disediakan informasi penting sebagai bahan analisis
bagi manajemen operasi atau bagi perancang (engineer). Informasi yang
diperoleh tersebut diinterpretasikan dengan baik dan berdasarkan
informasi tersebut dapat diterapkan perubahan atau tidak dalam tahap
implementasi proses sehingga dapat mempengaruhi kriteria performansi.
5. Peta kontrol memuat informasi keandalan proses (process capability)
Peta kontrol menyediakan informasi tentang arti penting parameter proses
dalam aktivitas manufaktur dan menggambarkan kestabilan proses yang
dilakukan.


Gambar 2. Bentuk Peta Kontrol

1.5 Penggunaan Peta Kontrol

Peta kontrol menjadi alat yang memiliki peran penting dalam pengendalian
kualitas. Kegunaan peta kontrol** dijelaskan dalam item aplikasi berikut [Banks,
1989, hal. 135] :
1. On-line Control.
Data sampel dikumpulkan secara kolektif dan diplotkan ke dalam peta
kontrol. Apabila data jatuh dalam limit (batas) yang diizinkan dan hal
tersebut tidak berpengaruh terhadap respon sistem, maka proses tersebut
dikatakan berada dalam rentang kendali (in control). Prosedur tersebut sangat berguna untuk menentukan apakah proses yang dijalankan sudah
berada dalam rentang kendali pada masa lalu atau dimasa datang.
2. Perolehan Nilai Standar (Standard Values Given).
Salah satu tujuan penting dalam membuat peta kontrol adalah penentuan
apakah proses yang dijalankan mendekati tetapan standar yang diinginkan
oleh pihak manajemen atau perancang produk. Sebagai contoh, pihak
manejemen memberikan nilai standar untuk panjang material sebesar
0.125 in (mean value) dengan deviasi sebesar 0.008 in. Hal tersebut
berarti, satu titik atau lebih yang melewati batas kontrol yang diizinkan
maka berpengaruh terhadap pencapaian nilai standar, atau dengan kata lain
Standard Value tidak dapat dicapai dalam implementasi proses.
3. Keandalan Proses (Process Capability)
Suatu proses yang dapat dan bisa saja dilakukan dalam spesifikasi yang
diinginkan atau tidak. Jika proses menggunakan teknik statistik dalam
pengendalian kualitas, maka dapat ditentukan nilai means dan standard
deviation, nilai tersebut dapat digunakan untuk mengukur keandalan
proses untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Proses tersebut sangat mempengaruhi beberapa keputusan
diantaranya keputusan investasi untuk mengurangi variabilitas proses dan
persetujuan kontrak dengan pihak pelanggan (customers).

Beberapa variabel penting dalam Peta Kontrol :
a. X chart untuk means (tendency central)
b. R chart untuk ranges
c. S chart untuk standard deviation (dispersion)
d. Atribut-atribut lainnya.

1.6 Jenis-jenis Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu ditujukan untuk mempertahankan standar kualitas
produk yang dijanjikan oleh perusahaan kepada konsumen [Nasution, 2006, hal.
301]. Tindakan pengendalian dapat membantu mempertahankan kinerja proses
produksi dalam batas toleransi yang diizinkan. Dalam pengendalian mutu statistik,
dikenal dua jenis metode statistik yang berbeda yaitu pengambilan sampel
penerimaan dan pengendalian proses. Pengambilan sampel penerimaan bertujuan
untuk menghemat waktu dan biaya pemeriksaan, sedangkan pengendalian proses
ditujukan untuk mencegah kerugian lebih besar akibat produk cacat dengan
mengamati output yang dihasilkan pada tahapan proses produksi.

Jenis-jenis pengendalian mutu, diantaranya :
a. Off line Quality control
Pengendalian mutu di saat proses perancangan produk dilakukan untuk
memenuhi standar mutu yang diinginkan.
Off line Quality control terdiri atas :
1. Design eksperiment
Merupakan pengendalian mutu yang dilakukan dengan cara melakukan
riset atau rancang percobaan terhadap produk yang akan di uji. Rancang
percobaan juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh atau respon pengujian terhadap hasil yang diinginkan. Metode
ini menggunakan tools statistik diantaranya dengan menggunakan
beberapa metode seperti uji 1 faktorial, 2 faktorial ataupun nested
experiment.
2. Taguchi methode
Pengendalian mutu yang dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yang dikemukakan oleh Taguchi ohno yang dinamakan dengan
Taguchi methode. Metode Taguchi sangat umum digunakan dalam riset
pengendalian kualitas.
b. On line Quality Control
Merupakan pengendalian mutu yang dilakukan pada phase operasional
pada tahap proses produksi, sehingga produk yang dihasilkan memenuhi standar
yang ditentukan. Salah satu bentuk On line Quality Control yang umum
digunakan yaitu Statistical Quality Control (SPC).

Referensi :
Douglas C. Montgomery . 1991. “Introduction Statistical Control”. John Wiley & Sons.
Jerry Banks. 1989. “Principles of Quality Control”. John Wiley & Sons.
Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri : “Pengendalian Mutu”. PT.
ANDI Yogyakarta : Yogyakarta


* Douglas C. Montgomery . 1991. “Introduction Statistical Control”. John Wiley & Sons.
** Jerry Banks. 1989. “Principles of Quality Control”. John Wiley & Sons.

Kamis, 05 Juni 2008

SECERCAH RINDU DI DANAU SINGKARAK

Singkarak dalam imaji

Singkarak dalam hakiki

Singkarak dalam geraman

Singkarak dalam kedamaian

O....

Singkarak,

sudah terbakar rinduku dalam pelataran pulaumu

sudah melebur jiwaku dalam gelombang riakmu

sudah sangsai uratku dalam terbenam senjamu

sudah gagu ucapku dalam semerbak getarmu

sudah terbit anganku dalam fajar cayamu

Siapa

O...

Siapa ?

terdiam

terpana

sunyi

bisu

semedi

renyai

sangsai

gagu

bosan

rindumu

jiwamu

uratmu

ucapmu

darahmu

nafasmu

bukan kepunyaan-ku.

Singkarak-Padang, Agustus 2005

“Job Shop Schedulling Problems (JSSP)”

Scientific Journal. Published by LENSA : 2008

Masalah penjadwalan job shop merupakan salah satu masalah optimasi kombinatorial non deterministik dengan waktu polinomial (NP-complete) yang paling rumit. Waktu komputasi untuk mencari solusi optimal yang meningkat secara exponensial seiring dengan membesarnya nilai parameter masalah (jumlah mesin dan jumlah job) [Panggabean: 2002].

Salah satu teknik penjadwalan yang paling banyak digunakan dalam pemecahan masalah optimasi, yaitu algoritma penjadwalan Simulated Annealing (SA). Algoritma tersebut merupakan teknik pencarian probabilistik yang umum digunakan untuk menemukan solusi yang optimal.

Elsayed dan Laarhoven et al. [dalam Panggabean] melakukan suatu penelitian bahwa algoritma SA dapat menghasilkan suatu solusi yang optimal atau mendekati optimal dengan waktu relatif singkat, sehingga dapat dikatakan lebih baik bila dibandingkan dengan metode heuristik. Liu et al. [dalam Panggabean] mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh konvergen lebih baik menuju nilai global minimum seiring dengan bertambahnya jumlah iterasi ke arah tak hingga serta bersifat problem independent sehingga fleksibel diterapkan dalam berbagai masalah dan lebih mudah dikomputerisasikan.

Kenyataan tersebut memberi harapan bahwa algoritma SA dapat menghasilkan jadwal produksi job shop dengan kualitas jadwal yang baik dengan waktu komputasi yang masih dapat diterima. Panggabean [2002] melakukan suatu penelitian penjadwalan job shop statik dengan menggunakan algoritma SA. Penelitian yang dilakukannya bertujuan untuk membuktikan validitas hasil penjadwalan SA dengan mencoba membandingkan hasil perhitungan algoritma dengan hasil perhitungan pada perangkat lunak penjadwalan Quant system.

Dari serangkaian percobaan yang dilakukan diperoleh suatu simpulan bahwa kualitas solusi yang dihasilkan oleh algoritma SA lebih baik bila dibandingkan dengan hasil penjadwalan Quant system terutama untuk kasus job shop berukuran besar, meskipun untuk itu diperlukan waktu komputasi yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan Quant system.

Algoritma penjadwalan Simulated Annealing (SA) untuk kasus penjadwalan job shop pertama kali ditemukan dan dikembangkan oleh Metropolis et al. pada tahun 1953. Aplikasi SA dalam masalah optimasi dikerjakan pertama kali oleh kirpatrick et al. pada tahun 1983. Algoritma ini beranalogi pada proses annealing (pendinginan) yang diterapkan dalam pembuatan material glassy (terdiri atas butir kristal). Dalam konteks optimasi, temperatur adalah variabel kontrol yang berkurang nilai sisanya selama proses optimasi tersebut dijalankan.

Skenario pendinginan dianalogikan dengan prosedur search yang menggantikan satu state dengan state lainnya dengan memperbaiki nilai fungsi objektif. Sebagai contoh, masalah optimasi kombinatorial (S, F) dimana i adalah konfigurasi/solusi sekarang (current) dengan fungsi cost F(i) dan j adalah konfigurasi berikutnya dengan fungsi cost F(j).

Kriteria penerimaan yang mewakili kriteria Metropolis didefinisikan sebagai berikut :

Prob(menerima j)= Min [1, exp(-(F(i)-F(j)/c)],
dimana c∈R+ adalah parameter kontrol, dan
i,j ∈ S adalah dua konfigurasi yang berbeda.

Pada saat ini, teknik penjadwalan job shop mengalami banyak perkembangan, diantaranya yang dikenal ialah metode program integer, metode branch and bound, serta metode heuristik.Metode pemrograman integer dan branch and bound pada dasarnya memiliki tingkat kesukaran yang tinggi dan belum tentu menghasilkan jadwal yang benar-benar optimal. Metode heuristik adalah suatu metode yang dapat menghasilkan solusi yang cukup baik tapi tidak menjamin perolehan jadwal yang benar-benar optimal [Kusuma:1999].

Dewasa ini, berbagai perkembangan dari penjadwalan ditemukan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai macam pendekatan dengan model dan solusi dilakukan dengan meramu beberapa literatur keilmuan seperti operations research dan juga teknis matematis. Disamping itu terdapat beberapa metode penjadwalan yang umum dikenal, diantaranya dispatching rules, expert systems (AI agents), neural networks, tabu search, simulated annealing, genetic alghoritms, fuzzy logic, inductive learning dan lain sebagainya [Jones et al].

Teknik optimasi penjadwalan sering digunakan dengan menggunakan teknik pemrograman matematis yang dewasa ini dikembangkan secara ekstensif untuk berbagai kasus penjadwalan. Pemecahahan persoalan penjadwalan dengan menggunakan teknik matematis seringkali didekati dengan menggunakan metode integer linear programmimg, mixed integer programming, dan dynamic programming.

Dewasa ini, penggunaan pendekatan matematis dengan teknik tersebut di atas semakin jarang digunakan seiring dengan kompleksitas persoalan penjadwalan yang mendekati tingkat kesukaran masing-masing [Jones et al].

Metode penjadwalan heuristik adalah salah satu teknik penjadwalan yang pertama kali ditemukan dan menjadi akar pengembangan dari metode penjadwalan lain yang bersifat non-heuristik. Teknik penjadwalan tersebut menggunakan algoritma yang lebih sederhana, meski tidak ‘reliable’ untuk kasus-kasus penjadwalan yang kompleks.

Salah satu metode heuristik yang cukup umum dikenal ialah metode priority dispatching yang dikemukakan oleh Giffler dan Thompson [Kusuma: 1999]. Metode tersebut berprinsip pada pembuatan jadwal secara parsial (bertahap), dan terdiri atas dua (2) macam algoritma, yaitu algoritma untuk pembuatan jadwal aktif dan penjadwalan non delay [Kusuma: 1999].

Pada persoalan penjadwalan job shop klasik, job dinotasikan dengan J, dan operasi dinotasikan dengan Oij operasi yang mengikuti sekuens operasi tertentu (struktur presedens operasi serial), dan setiap job (yang terdiri atas operasi-operasi) ditugaskan pada sebuah mesin Mj tertentu [Morton. et al].

Gambar 1.1 Skema Penjadwalan Job Shop [Unachak]

Bedworth [1986] membagi aktivitas penjadwalan (scheduling activity) menjadi dilakukan melalui 2 (dua) tahapan (two stages) yaitu :
(1) Alokasikan setiap task pada tiap mesin (first stages), dan
(2) Memperhitungkan decision rules (second stages).

Decison rules yang dimaksud dalam tahap dua (2) yaitu aturan prioritas penjadwalan yang dapat berupa SPT (Shortest Processing Time), FIFO (First In First Out), Random, EDD (Earliest Due Date), MWKR (Most Work Remaining) yaitu memilih pekerjaan yang memiliki waktu proses keseluruhan yang masih tersisa paling besar, LWKR (Least Work Remaining) dengan jalan memilih pekerjaan yang memiliki waktu proses keseluruhan yang masih tersisa paling kecil, serta MONPR (Most Operation Remaining) [Bedworth :1986].

Gambar 1.2 Representasi Graph untuk Masalah Job Shop

Teknik lain yang digunakan dalam pemecahan masalah job shop yaitu teknik AI (Artificial Intelligences) yang melibatkan teknik intelligensi dengan merangkum berbagai pendapat dari para pakar penjadwalan [Jones et al]. Langkah awal dalam teknik ini yaitu : (1) Membangun studi empiris dengan menggunakan teknik-teknik dari kombinasi pengetahuan kuntitatif dan kualitatif dalam proses pengambilan keputusan, (2) Membuat penyelesaian persoalan penjadwalan heuristik yang sedikit lebih kompleks dari aturan priority dispatching, dan (3) Pemilihan solusi dari teknik heurustik terbaik yang dibuat sebelumnya, serta (4) Merumuskan keterkaitan hubungan antar struktur data untuk memudahkan manipulasi informasi yang terdapat pada struktur data tersebut.

Penjadwalan yang biasa diterapkan di lantai produksi secara umum dibedakan atas jumlah mesin atau kriteria lantai produksi, diantaranya sebagai berikut [Jones. et al] :

a. One stage, one processor
b. One stage, multiple processors
c. Multistages, flow shop
d. Multistages, job shop

Jones et al. mengemukakan bahwa pada tipikal penjadwalan one stage dan one processor, permasalahan cukup diselesaikan dalam satu tahap pemrosesan (one processing step) yang melewati satu sumber daya (mesin). Pada one stage, multiple processors tahapan pemrosesan melewati banyak sumber daya (mesin). Dalam kasus multistage pada persoalan penjadwalan flow shop, setiap pekerjaan (job) memiliki beberapa tugas (task) atau langkah kerja yang diproses oleh mesin yang spesifik namun melewati rute yang sama untuk setiap job tersebut. Pada kasus multistage job shop, sumber daya (mesin) diatur dan diset sedemikian rupa dengan rute operasi yang dipilih dan ditentukan sebelumnya namun memiliki berbagai macam variasi produksi.

Berdasarkan literatur-literatur tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penjadwalan job shop (JSSP) memiliki berbagai teknik penyelesaian dan algoritma penjadwalan. Diantara metode
Scientific Journal. Published by LENSA : 2008
yang umum digunakan dalam riset penelitian diantaranya dispatching rules, expert systems (AI agents), neural networks, neighborhood, tabu search, simulated annealing, integer programming, branch and bound genetic alghoritms, fuzzy logic, inductive learning dan lain sebagainya. Beberapa metode tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing apabila ditinjau dari kompleksitas masalah, pengetahuan peneliti, tujuan penelitian, batasan variabel dan lain sebagainya.

Simple Dispatching Rules merupakan teknik penjadwalan heuristik yang sangat sederhana dan umum digunakan tetapi tidak ‘reliable’ untuk kasus penjadwalan yang berukuran besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit. Demikian sebaliknya teknik-teknik lain seperti , tabu search, simulated annealing, integer programming, branch and bound genetic alghoritms memiliki tingkat kesukaran yang lebih tinggi daripada metode Priority Dispatching, namun sangat cocok digunakan untuk kasus yang kompleks dengan jumlah variabel yang lebih banyak. Teknik AI agents dan inductive learning mengkombinasikan antara kemampuan kualitatif (intuitif) dengan kuantitatif (matematis) dengan merujuk pada pengalaman ‘meneliti’ dan studi empiris. Namun, demikian keseluruhan metode tersebut dapat digunakan untuk berbagai kalangan berdasarkan variabel dan karakteristik penelitian yang diinginkan.

Padang, Januari 2008

Referensi :

(1) Albert Jones. et al. International Jounal :
Survey of Job Shop Schedulling
Techniques. jonesa@cme.nist.gov.
(2) David D. Betworth. et al. 1986.
”Integrated Production Control Systems”.
Jhon Wiley & Sons.
(3) Hendra Kusuma. 1999. ”Perencanaan
dan Pengendalian Produksi”. PT. Andi
Yogyakarta. Yogyakarta.
(4) Henry Pantas Panggabean. 2002. Jurnal:
Penjadwalan Job Shop Statik dengan
Algoritma Simulated Annealing.
Universitas Katolik Parahyangan :
Bandung.
(5) Thomas E.Morton. et al. 1993. “Heuristic
Schedulling Systems: with applications to
production systems & project
management”. Jhon Wiley&Sons, Inc,
Canada : USA.
(6) Prakarn Unachak. International Jounal :
Genetic Alghorithm in Job Shop Schedulling.
(Power Point Presentation).

Senin, 02 Juni 2008

INNA...WA INNA...

Inna Lillahi

buat tikus ada di kursi sana

Inna Lillahi

buat kucing umpet di lemari situ

Inna Lillahi

buat harimau mengaum di rimba sana

Inna Lillahi

buat siamang terkekeh di pohon situ

Inna Lillahi

buat domba nyengir di kandang sana

Inna Lillahi

buat rayap mendesis di kayu situ

Inna Ilaihi

kursi yang tinggal sana

Inna Ilaihi

lemari yang kosong situ

Inna Ilaihi

rimba yang sepi sana

Inna Ilaihi

pohon yang sunyi situ

Inna Ilaihi

kandang yang risau sana

Inna Ilaihi

kayu yang renyau situ

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un

buat mereka semua

AMIN

**

Padang, Agustus 2005

DI NEGERI YANG KAYA, JADI MISKIN (AKU) RUPANYA ...

Seraya bertanya kepada seorang asing dulunya, saya (:penulis) pernah mengajukan suatu pertanyaan, kira-kira begini : what do you think about our country?. Lalu, ia menjawab panjang lebar pertanyaan

saya dengan ungkapan yang biasa pula anda dengar, pretty well, how beautiful, great, wonderful dan jawaban yang rada-rada hampir sama untuk menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Selanjutnya tidak berhenti disitu saja, ia lalu menyebutkan satu kata ringkas pada saya, but .... (Anda barangkali bisa menerka apa yang tengah ia maksudkan dengan tidak harus saya lanjutkan kosakata isian berikutnya).

Fragmen tersebut merupakan buah pengalaman yang saya dapat (: mungkin) sudah cukup lama. Begitu banyak perspektif, deskripsi, dan sudut pandang orang luar dalam menggambarkan kondisi dan situasi yang tengah terjadi di negeri kita ini. Di satu sisi, negeri ini adalah ladang subur yang permai, kaya akan sumber daya hayati dan mineral dengan kultur masyarakat yang madani. Kekayaan tersebut merupakan aset tak ternilai yang sepatutnya untuk kita syukuri. Namun di sisi lain, ladang itu pula yang kemudian digarap dan dikuras untuk kepentingan individu dan sekelompok penguasa, bukan untuk kesejahteraan rakyat kecil.

Selepas kemerdekaan yang kita peroleh dari kaum imperialis barat, maka sepatutnya kita dapat memfungsikan diri sebagai bangsa yang ‘berwujud’ dan bermartabat. Akan tetapi, realita bertolak belakang menganga depan kita, kemerdekaan yang dulunya kita peroleh dahulu tak turut diikuti dengan kemerdekaan-kemerdekaan nurani, pola pikir, spiritualitas, mentalitas dan kejujuran.

Bila kita lihat satu koin logam, maka sudah tentu koin itu memiliki dua sisi. Sisi koin bagian atas dan satu sisi lain adalah koin bagian bawah. Jika saya boleh untuk membuat semacam analog, maka, bagi saya, sisi koin bagian atas adalah wajah Indonesia (negeri kita) yang berseri-seri, dan satu sisi lagi adalah koin bagian bawah yang menggambarkan Indonesia (negeri kita) yang kian ‘berkabut’ dan ‘buram’. Sisi itu bila dilempar bergantian, maka dua sisi akan silih berganti bermunculan, entah yang akan muncul probabilitasnya berbanding 0.5:0.5 atau 0.75:0.25 yang akan muncul. Hal itu, bagi saya, cukuplah jadi rahasia keramat “negara” dan orang “statistika” saja.

( Coba kita renungkan sejenak bangsa mana yang rela harga diri, martabat bahkan (: maaf), keperawanan bangsanya diinjak dan dikuasai oleh rezim bangsa lain ).

Di sini, di negeri yang konon katanya kaya ini, bangsa lain dengan sangat leluasa merampas harta, harga diri dan martabat kemerdekaan yang dulunya kita agungkan. Di sini pula, saham industrialis kapitalis asing merajai rasio modal sedemikian besar angka finansial dan proporsi statistisnya. Hingga BUMN dan UMKM seantero negeri jadi lumpuh tak berdaya dibuatnya.

Di sini, pejabat-pejabat pribumi dan koruptor-koruptor pribumi menenggak harta kekayaan rakyat dan negara sebagai bentuk aksi ‘ikut-ikutan’ yang turut diwarisi dari rezim Hindia Belanda dahulunya. Di sini pula, pertikaian dibuat dan diagungkan atas nama suku, ras, partai dan agama dan di sini terjadi percekcokan antar anggota parlemen tak habis-habisnya.

Di sini, tercatat anggota parlemen sudah kehilangan rasa malu dan rasa hormat mempertontonkan perselingkuhan syahwat di depan umum sedemikian hebatnya.

Di sini pula, barangkali tak lagi ada (mungkin sangat sedikit sekali) ditemukan jiwa pemimpinnya Hatta, Hamka dan Natsir yang mudah senyum dan ramah seusai debat habis perkara jadinya.

Di sini, mahasiswa telah menjadi syuhada menyumbangkan darah arteri bendera setengah tiang tiap tahunnya; merujuk polemik pragmatisme, kecurangan, KKN, reformasi dan kenaikan BBM se-indonesia raya. Konon, polemik itu pula yang jadi siklus berulang dan terus tercatat jadi darah dan sejarah tiap akhir tahunnya.

Di sini pula, aksi pembodohan turut dilakukan lewat tontonan sinetron, televisi dan juga musik dimana budaya “kumpul kebo”, pergaulan bebas, dan pesta pora menjadi sangat ‘lazim’ dipertontonkan dan jadi tematik yang luar biasa ratingnya.

Di sini, aliran agama sesat “sesesat-sesatnya” silih berganti bermunculan sana-sini, dan saat itu pula aparat dan hukum sudah kehilangan “kamus bicara”nya. Di sini, tak lagi ada ruang bagi orang-orang yang lantang vokal bicaranya, seperti Munir misalnya, berniat memperjuangkan HAM namun harus menanggung resiko tragis atas perjuangannya.

Di sini pula, orang-orang kaya tak mau ketinggalan untuk berlagak ‘miskin’ dengan turut mengambil alih jatah antri dana bantuan BBM-sembako, BLT namanya. Di sini, lalu lintas jalan raya sangat jelas semrawaut dan pikuknya hingga tak jarang orang kehilangan nyawa dan raga dibuatnya.

Di sini pula, teman-teman sejawat saya dan anda, yang ekonominya lemah, tak dapat bersekolah karena bangku sekolah dominan dirampas oleh yang kaya dan sejahtera saja.

Di sini, bisnis tahayul dan bid’ah sudah menjadi sentra konsumsi publik di mass media karena Mama Lorent salah satunya orang yang turut mengamini-nya. Di sini pula, bangsa dan rakyat kita jadi budak penyamun, ladang narkoba, lahan prostitusi, sarang kriminal, dan semacamnya, maka cukuplah Saya, Kita dan Anda jadi saksi bisu saja.

( Di sini... di sana.. dan seterusnya masih ada yang tak beres dan tak karuan di sana-sininya...)

Wallahualam.. kita dibuatnya.

Namun, saya turut berbangga tatkala orang asing, Mr. Esaikh namanya, turut memuji negeri ini (sebagai obat pelipur lara saya) dengan menyebut Indonesia sebagai beautiful countrynya sejagat raya. Meski saya dengan teramat sadar, gagu dan bisu meronta: “Di negeri yang kaya, justru, Jadi Miskin (Aku) Rupanya”. (baca: Miskin kesejahteraan, Miskin pengetahuan, Miskin harga diri, Miskin keberanian, Miskin moralitas, Miskin kejujuran, Martabat dan lain-lain sebagainya).

****

Sepenggal Catatan

Dari & Buat Dr. Ahmad Messaikh

(Karachi University)

Padang, Juni 2008