Dalam cerita fiksi ilmiah sering ada robot-robot yang memiliki kemampuan seperti manusia atau bahkan melebihi manusia. Di layar TV, Robot ditampilkan sebagai mesin perkasa yang mampu menggantikan posisi manusia sebagai hero kemanusiaan. Produksi Hollywood yang menampilkan Robot sebagai ikon Superhero laris manis di pasaran. Bagi anda yang telah menonton film Transformer tentu memiliki ingatan yang tajam tentang Robot dengan aneka kecanggihannya. Robot yang memiliki pola pikir layaknya manusia, sekuat Tank militer, melaju layaknya roket nuklir berkecepatan tinggi. Yang jelas, Robot bukan lagi suatu imajinasi; dan mungkin saja dahulunya terlahir dari imajinasi. Robot terlahir dari suatu imajinasi. Imajinasi yang revolusioner. Brilian. Produktif.
Kekuatan imajinasi yang melahirkan produk kecanggihan telah mereproduksi Robot sebagai mesin multifungsi. Dalam perspektif industrialis, Robot dapat difungsikan sebagai pekerja moderat. Dalam dunia militer, Robot dapat difungsikan sebagai mesin pengintai musuh, sinyal posisi dan radar informasi. Dalam perspektif entertainment, Robot difungsikan sebagai kepentingan bisnis dan jargon hiburan anak-anak. Anak-anak mengimajinasikan Robot sebagai jagoan yang mampu bertingkah layaknya manusia—bahkan mampu berbicara, seperti yang tampil di layar TV. Robot kemudian menjadi duplikat hidup bagi manusia untuk berperan menggantikan posisinya dalam bekerja, beraktivitas, dan sebagainya. Robot pun mampu menghasilkan hiburan dan uang bagi kalangan entertain misalnya.
Sejarah ROBOT
Kata “Robot” diciptakan pada tahun 1920 oleh penulis cerita bangsa Cekoslovakia, bernama Karel Capek. Di dalam ceritanya R.U.R (Rossum’s Universal Robot), Robot berasal dari akar kata “Robota” yang berarti pekerjaan yang menjemukan. Capek melukiskan suatu masyarakat dimana otomasi yang terbentuk secara kimiawi menjalankan semua pabrik. Dengan demikian, tujuan awalnya adalah agar manusia dapat membebaskan diri secara sempurna dari penurunan derajat buruh.
Seiring dengan perkembangannya dari tahap tradisional ke tahap moderat, robot perlahan mendapatkan posisi positif dalam kacamata industri. Persatuan Insinyur Pabrik di Amerika (ASME) menyatakan bahwa penggunaan teknik sensor saat ini akan memungkinkan robot mendekati kemampuan manusia dalam memasang mesin, dan setidaknya saat ini lebih dari 15 % dari semua sistem pemasangan di USA menggunakan teknologi Robotik. Di Jepang, Robot telah ada sejak zaman Edo [1603-1867] yang terlebih dahulu tampil sebagai boneka mekanik yang dikenal sebagai Karakuri Ningyo. Robot mulai benar-benar dikembangkan di Jepang sejak tahun 1973, oleh Professor Ichiro Kato dari Universitas Waseda. Masyarakat Jepang secara umum memperlihatkan antusiasme tinggi terhadap segala jenis robot. Beberapa robot seperti astroboy mungkin paling memiliki konstribusi terhadap pembentukan perspektif positif masyarakat Jepang terhadap robot. Robot saat ini telah berekspansi ke pelbagai negara maju dan berkembang dengan segudang temuan dan inovasinya. Kompetisi Robot telah dibuka di Kampus-kampus, institusi Rekayasa Sains bahkan ke sekolah kejuruan, kompetisi lokal maupun internasional. *
Robot Industri
Penggunaan jasa Robot bagi industri bukan sesuatu yang mutakhir. Kalangan industrialis sebelum abad 20 telah memanfaatkan tenaga Robot sebagai pelapis tenaga manusia. Pabrik dahulunya hanya memanfaatkan jasa Robot demi kepentingan keamanan kerja dan produktivitas. Jika derajat keamanan kerja tinggi dan menuntut keselamatan lebih bagi pekerja, maka Robot dapat diperkenalkan dengan baik. Seiring dengan kompleksitas pekerjaan, Robot diharapkan mampu menggantikan tenaga manusia dalam kondisi pekerjaan apapun tanpa pengecualian. Di Jepang, terdapat tiga perusahaan raksasa yang telah memperkenalkan Robot sebagai karyawan pabrik di lantai produksi. Honda Motor Company, memperkenalkan robot humanoid ASIMO (Advance Step in Innovative Mobility) menyerupai astronot kecil yang mampu membawa backpack dengan speed 6 km/jam. Kokoro Company Ltd. memperkenalkan Robot humanoid ASTROID yang mampu berekspresi mengedipkan mata, berbicara dan bernafas. ASTROID diberikan tanggung jawab layaknya customer service bertugas memberi salam pada tamu kafe, pusat informasi, kompleks, perusahaan, ataupun museum, dengan biaya 400.000 yen untuk 5 hari termasuk biaya koreografi. Sony Dream Company memunculkan Robot Q-RIO (Quest for Curiosity) yang memiliki kemampuan mengenali wajah, suara dan mengingat karakter fisik seseorang. Dalam kurun terakhir, negeri sakura tersebut terus menerus mengimprovisasi temuan robot yang sebelumnya telah mengguncang dunia dengan produksi robot pengganti tenaga medis (dokter) hingga penciptaan robot dansa. Hasil yang fenomenal.**
Dampak Sosial dan Krisis Global
Dalam kondisi kerja aktual, otomasi umumnya telah mendapatkan suatu hasil yang menguntungkan. Pekerjaan pabrik yang berat dan berbahaya saat ini dilakukan secara otomatis, nyaris tanpa resiko. Pabrik yang menggunakan jasa robot biasanya lebih aman dan lebih higienis. Penugasan robot untuk pekerjaan berbahaya dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja seperti resiko accident, dan kontaminasi bahan yang menimbulkan alergi. Mereka yang percaya bahwa perkembangan penggunaan robotik dan otomasi meyakini tidak timbulnya pengangguran secara luas sebagai dampak peralihan teknologi dan informasi. Robot dan otomasi lainnya baru akan mengarah pada perkembangan atau penyesuaian kembali tenaga kerja—bukannya penggantian. Produksi besar-besaran dengan otomasi telah memungkinkan adanya suatu jarak yang lebar antara barang-barang konsumsi yang relatif murah dari jenis yang seragam. Penggunaan robot di satu sisi dapat mereduksi pemborosan waktu kerja, jam kerja yang lebih pendek, dan pemindahan barang yang relatif ringan. Di sisi lain, robot masih terbatas pada keputusan kerja teknis operasional—bukan taktis. Robot sebagaimana manusia tidak bisa terlepas dari potensi kerusakan, umur teknis dan penurunan produktivitas. Penciptaan robot dengan daya analitik modern masih memerlukan observasi dan temuan yang sempurna.
Dalam kurun waktu terakhir, khususnya pasca hantaman krisis ekonomi global sedikit banyaknya juga berimbas pada penggunaan robot industri disamping tenaga kerja. Di Jepang, sebagaimana dilaporkan New York Times (14/7/2009), permintaan masyarakat terhadap robot berkurang cukup drastis. Industri robot Jepang yang mempekerjakan 370.000 orang ikut terkena imbasnya. Sebuah analisis memperkirakan, bisnis industri robot Jepang bakal menurun 40 persen tahun ini. Sedangkan data dari Japan Robot Association mencatat bahwa pengapalan robot industri menurun 59 persen pada kuartal pertama 2009 ketimbang kuartal sebelumnya. Di pabrik, banyak produk robot-robot pekerja harus menganggur, menunggu lama untuk datangnya pesanan. Sedangkan robot-robot yang difungsikan untuk pekerjaan rumah tangga dan perawatan orang tua juga banyak yang lost sales. Namun semua itu adalah implikasi yang sama sekali diharapkan tidak melahirkan dampak bagi pengurangan potensi kreatif terhadap perkembangan robot khususnya. ***
Sabtu, 08 Agustus 2009
Langganan:
Postingan (Atom)