Minggu, 05 Oktober 2008
TERAS SYAWAL
Jelang Hari Raya Idul Fitri 1429 H ini, saya terkenang dengan sebuah sajak yang diungkapkan oleh Bung Sitor Situmorang, yaitu sajak berjudul “Malam Lebaran”. Uniknya sajak itu ditulis Bung Sitor cukup dengan satu bait saja. Terkesan menyampaikan sajak minikata nan minimalis, setidaknya penyair Sitor Situmorang telah mampu menyindir saya dan kita yang tengah merayakan hari raya tersebut dengan berlapang dada. Betapa tidak, bait yang ditulisnya itu kira-kira sebagai berikut: / bulan di atas kuburan /. Demikian isi sajak Sitor yang ringkas, namun cukup mengernyitkan isi kepala orang awam yang membacanya. Satu sisi, bait tersebut terkesan lepas atau mutually exclusive terhadap tematik judul “Malam Lebaran” yang diangkatnya. Di sisi lain bait tersebut memang satu jiwa, satu ruh dengan penamaan judul; jika kita mampu merenungi makna dalamnya. Pertanyaannya adalah jika kita amati hal tersebut secara tekstual, maka anda dan saya tidak akan pernah dapati sinar bulan yang benderang tepat pada 1 Syawal, terkadang malam awal Syawal biasanya diliputi oleh cuaca mendung, berawan bahkan hujan, dan yang pasti tidak akan ada bulan. Saya teringat beberapa waktu lalu saya berjalan sore hari di pasar raya kota Padang, maka sedemikian mudah saya mendapati beberapa pengemis (bahkan mungkin banyak lagi) yang masih duduk menggopoh-gopoh di jalan, depan toko, bahkan memohon belas kasihan masuk ke toko-toko dan restoran-restoran. Mereka hadir dan nyata di tengah-tengah kita yang notabenenya akan merayakan pesta akbar dihari raya itu. Kita disibukkan dengan aktivitas mudik, sementara pengemis-pengemis dan anak-anak jalanan masih berkeliaraan di sana-sini, ditengah-tengah kita. Seharusnya bahan perenungan tersebut yang dimaksud Bung Sitor. Barangkali adalah berkah bila kita mampu sedikit berbagi rasa dan belas kasih dengan saudara-saudara kita itu. Mari kita sambut tangan mereka dan mari berbagi kebahagiaan dengannya. Untuk itu, belum terlambat bagi kita untuk menyalurkan bantuan, santunan sosial, zakat fitrah, dan yang pasti jangan sampai ada diantara mereka yang kelaparan ditengah-tengah hadirnya bulan suci ini dan Hari Raya tentunya. Jika itu jadi, maka saya dengan percaya diri membalasi sajak “Malam Lebaran”nya Bung Sitor itu dengan bait : / pelita membasuh kuburan /. Yang pasti, ini tak sekadar harapan. AMIN. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H.
Langganan:
Postingan (Atom)